Selasa, 23 Februari 2010

Manusia papan skor

Sudah seperti biasanya dia selalu melakukan kegiatan seperti itu di pagi hari, bangun tidur, membukakan jendela, merebahkan tangannya selebar mungkin sambil memandangi awan, tak lupa aroma teriakkannya yang tidak keras ia sisipkan di sela-sela kegiatannya pagi itu, “ah, masih terlalu pagi, tidur lagi”, begitu melulu kegiatannya di pagi hari dan dia pun bangun kembali bangun setelah cukup tidak sebentar dia tadi tidur. Di siang harinya dia harus pergi meninggalkan rumahnya bukan untuk selamanya, kalau selamanya tamatlah sudah cerita ini. Tapi dia pergi hanya setengah hari untuk menimba ilmu. Dia siapkan beberapa barang yang harus dia bawa, tiduk lupa ia pun membawa kumpulan papan yang ukurannya tidak begitu besar yang jumlahnya ada 9 buah, bentuknya kira kira seperti sebuah raket yang terbuat dari kayu. Ia sisipkan kumpulan papan itu di ketiaknya.



Mulailah ia melangkahkan kakinya dengan penuh rasa percaya diri, teriknya panas mentari pun tak melelehkan rasa percaya dirinya yang membungbung tinggi, yang apabila dibandingkan rasa percaya diri dia dengan menara Eiffel, masih terlalu tinggi menara Eiffel. Singkat cerita sampailah ia di tempat dimana ia tuju dengan kumpulan papan yang turut setia menemani langkah-langkahnya. Singkat cerita lagi terjadi obrolan kecil dikelas barunya itu, “siapa nama kamu” Tanya seseorang kepadanya, “Joni” jawabnya dengan nada meyakinkan dan penuh percaya diri. “siapa nama kamu juga” Joni balik bertanya dengan logat dia yang khas, yang terlalu sulit untuk digambarkan lewat kata-kata logat ia seperti apa. “Badrun” sahut temannya itu. spontan dari perbincangan itu, dan tanpa analisis yang lama ia keluarkan salah satu papan yang selalu ia bawa itu, Nampak tertulis angka 5 yang ia tunjukan pada temannya yang kebenaran bernama Badrun itu, kontan Badrun hanya bisa melongoh melihat apa yang dilihatnya. tidak lupa joni sedikit berkomentar kepada temannya itu yang kebenaran sedang menggenggam blackberry “hp saja masa kini, masa nama kaya gitu”. Temannya pun cukup tersenyum atas kata-kata Joni tersebut. Tidak lama berselang ada seorang perempuan berjalan di dekat mereka, dan tanpa analisis yang berlama-lama seakan-akan itu terjadi begitu saja ia mengacungkan papannya yang tertulis angka 6, dan lagi lagi temannya Badrun hanya bisa melongoh melihat apa yang yang Joni kerjakan, tapi Badrun tidak ingin mangambil pusing akan hal itu, dan percakapan pun berlanjut kembali. Setelah cukup lama, tercium oleh Joni bau parfum yang begitu meyakinkan, seyakin Joni akan kemampuannya sendiri. Dia berpikir, “wah pasti ini perempuan cantik”. Ternyata benar lewat lah perempuan itu dari arah yang berlawanan. Tanpa basa basi ia menyaut perempuan itu “hey, cewe” dan tidak lupa ia layangkan papan andalannya kepada perempuan itu yang bertuliskan angka 8 dan 5. Perempuan itu membalas sautan Joni dengan senyuman manisnya di bumbui sedikit ketidakmengertian, karena dua papan yang Joni acungkan. Sementara itu terlihat Badrun yang sedang menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, Badrun penasaran akan apa yang temannya lakukan, Badrun yang Nampak sudah Nampak akrab dengan teman barunya itu bertanya akan papan itu. Dengan nada kekota-kotaanya Badrun bertanya, “jon, apa sih itu yang kamu bawa, saya bingung”. Dengan santai dan sedikit kurang meyakinkannya, Joni menjawab “ah, engga run, ini hanya kumpulan papan saja, lumayan lah banyak kegunaannya saya bawa-bawa tiap hari juga”, “emang apa gitu kegunaannya, jon” Badrun semakin penasaran. “wah iyah yakin atuh, ini kalau kamu gerah bisa dijadikan kipas angin run, trus kalo kamu ingin berolah raga, pakai saja ini tinggal beli kok nya saja, jadilah bulu tangkis run, dan satu lagi nih kalau kamu mau menyebrangi jalan dapat menggunakan ini juga” Joni menjelaskan dengan enteng. “hmmm” Badrun hanya bisa berdehem tanda tak puas akan jawaban Joni. “ada lagi ga jon manfaat yang lainnya” Badrun bertanya kembali dengan sedikit menyindir, “ga ada run, paling itu saja, entar juga ada menyusul manfaat-manfaat lainnya yang spontan” jawab Joni.
Dari hari ke hari mereka semakin akrab, seakrab pertemanan antara tsubasa orzzora dan Misaki dalam tokoh kartun Nipon, Tsubasa lekat dengan bola yang ia selalu bawa, Begitu juga Joni yang selalu membawa kumpulan papan itu. Mereka Nampak klop dengan kepercayaan diri mereka dan ledekan-ledekan terhadap orang lain.
Selalu setiap apa yang dia lihat sedapatnya, tidak lupa ia layangkan papan bertuliskan angka-angka itu, tak peduli itu apa, siapa dan dimana, terkecuali terhadap orang tuanya. Senakal-nakalnya ia pun, ia adalah orang yang penurut terhadap orang tuanya. Sudah menjadi hal biasa bagi Badrun akan apa yang dilakukan oleh Joni, Dari mulai ketika Joni melihat foto Badrun di handphone-nya, Cara Badrun berSMSan dengan pacarnya dan seperti saat mereka berpapasan juga Joni selalu melayangkan papan nya, silih bergantian angka yang di layangkan, dan sesempat-sempatnya Joni memberikan sedikit komentar di sela-sela kebiasaannya itu, “ah kamu run, gitu-gitu amat setelan kamu, si amat aja ga gitu-gitu badrun setelannya”. Tapi tetap Badrun tidak mengerti akan hal apa yang sebenarnya di lakukan oleh Joni.
Dan sesekali Badrun beranggapan, ketika joni mengacungkan papannya yang bertuliskan angka 7 kepada Badrun, joni berpikir “oh itu sekarang jam 7” karena kebenaran waktu menunjukan pukul tujuh saat itu, setelah sebelumnya mereka punya janji pada jam tersebut. Dan sesekali pula Badrun mendapatkan betapa benar papan yang selama ini selalu dibawa Joni mempunyai manfaat yang menyusul katanya, seperti saat mereka sedang memesan baso dari kejauhan, di seberang jalan tepatnya, “Bang, pesen baso” teriak Joni sambil memperlihatkan papannya yang bertuliskan angka 2. Dan ketika saat ulangan pun ia manfaatkan ketika ia mau menanyakan soal nomor sekian ia perlihatkan papan nomor sekian. Badrun seketika mengagumi akan apa yang temannya kerjakan. Komentar Badrun yang membuat joni melambung, Joni pun berkata “coba run, pegang papan-papan ini”, “buat apa jon?” Tanya badrun. “pegang saja dulu, terus kamu pilah angka berapa yang pantas buat saya untuk saat ini, coba tunjukan” Joni berkata sedikit serius. “hah!” Badrun melongoh lagi sekejap, dan mengangkat setinggi bahunya, papan Joni yang bertuliskan angka 8, dan spontan berkata “oh, jadi ini papan skor jon, untuk menilai apa yang kamu lihat dan yang kamu dapat?”, “sungguh, sungguh ada ada saja kamu don!!!”, dan Joni pun hanya menjawab pertanyaan sekaligus pernyataan Badrun dengan menaik-turunkan halisnya, bukan dengan menaik-turunkan harga BBM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar