Selasa, 23 Februari 2010

Anak cucu pun bercerita

Saat itu, saat dimana saya sedang benar-benar sedang tidak berada di cisaat.tapi saat itu saya berada di kerumunan orang-orang yang kira-kiranya berjumlah 3 orang dengan saya. Ya disitu, di tempat itu, tempat dimana cikal bakal “mungkin” para pemimpin tumbuh besar. Walaupun itu sekalipun hanya sekadar pemimpin rumah tangga kelak nanti. Saat itu bertepatan dengan malam minggu, malam dimana kalau menurut sebagian orang adalah ‘wakuncar’ (waktu berkunjung pacar.red), tapi TIDAK (sambil menyetopkan tangan) bagi kami. Bukan soal kami tidak punya pacar,(kebenaran saat itu kami sedang punya kadodoh,kecuali satunya lagi temen kami yang tidak punya) tapi alasan lain yang mendasar lah yang menyatakan kami harus berada di sebuah tempat, ya sebutlah tempat itu ‘kostan’ (walau sebenernya itu bukan lah kostan murni itu kostan) setelah seminggu full harus berkutat dengan mata kuliah yang tidak semuanya mata kuliah bisa saya terima dengan baik.


Malam minggu demi malam minggu saya habiskan bersama beberapa teman saya di kostan itu. Kalau saya boleh hiperbola dalam menggambarkan kostan itu, wah itu sebuah bangunan yang kalau dibandingkan dengan wc rumah saya, masih terlalu besar dan nyaman kostan itu. Kostan dimana kita selalu sulit dibuatnya hanya untuk sekadar mengetahui perbedaan antara pagi dengan sore, dan sore dengan pagi. Kostan yang selalu melatih kesabaran ditengah jail nya para pemakan bangkai itu (pemakan bangkai=menunjuk ke teman-teman saya). Pasti saja dan selalu jika ada salah satu dari kami yang masuk ke wc nya untuk ‘maaf’ pups, selalu saja di kunci diluar dengan durasi yang bisa dikatakan tidak sebentar.

Di situ (bukan berarti menunjuk ke situ ciburuy), bangunan yang saya tidak tau sama sekali kapan di bangunnya, bangunan yang di bangun pembangun itu. Andai saja saya tau, mungkin saya akan menuliskannya. Bangunan itu bangunan yang punya banyak cerita untuk kelak kami ceritakan pada anak cucu kami (itupun kalau ingat,tapi kayanya akan lupa). Tempat menanam benih-benih canda tawa dan duka lara. Tempat menghabiskan waktu di akhir minggu kami untuk berREMI ria ditemani kerikil makanan dan sedikit minuman yang terpisah dengan kulkasnya, kulkas, ya kulkas, kulkas yang jarang panen akan makanannya. Jikalau pun ada, ah itu hanya sebungkus keripik tempe dan hanya sekali, selebihnya nihil akan makanan. Pernah saya dapati ketika saya sedang lapar-laparnya, ketika membuka kulkas itu ada sebungkus keripik tempe yang wujudnya nampak sudah beku dibuatnya, sontak saya pun sesegera bertanya kepada teman saya yang sebut saja lah dia wellem, saya bertanya dengan nada kagett “astagfirullohhaladzim, guh, tinggali na pulkas aya naon?” . kontan wellem pun menjawab dengan nada seadanya dan sedingin pula “jiss, naon ieu di aya kiripik tempe na kulkas”. Sang empunya kostan pun menjawab spontan dengan nada tak bersalah “meh ngerekes euy (sembari nyengir)”. Apadaya dimakan pula lah itu makanan. Dan remi pun terus terjadi, tidak lupa selalu di iringi lagu-lagu vierra, hampir se-album lagu-lagu itu kami dengarkan ditengah-tengah kami sedang serius memikirkan kumpulan kardus bergambar itu. Saking seringnya diputar ulang, saya pun mungkin tahu betul lirik-lirik lagunya, saya berani bertaruh jikalau dalam ujian ada soal yang menanyakan lirik vierra itu, saya yakin akan mendapatkan nilai maksimal, hehe.

Di bangunan itu , tempat yang menyimpan cerita-cerita menarik bagi saya, tapi mungkin tidak bagi orang lain, mereka kan ga merasakannya. andai saja kamu disitu turut bersama kami, mungkin kamu bisa berasakannya. Tapi kayanya ga usah kayanya, kalian sudah terlanjur punya cerita masing-masing dalam menjalani hidup. Disiang harinya di hari yang berbeda tapi kegiatan malamnya selalu sama, remi, remi, dan remi, sampai terpikir oleh kami, kelak kita bikin program game remi (akh wae). Di siang itu saat saya benar-benar belum bangun, teman saya pergi ke wc yang kebenaran ada di dalam kostan mungkin dia mau buang hajat, tapi ga tau lah, karna saya belum bangun dan sudah pasti saya lagi tertidur lelap dimakan rasa ngantuk yang sebelumnya saya tertidur saya harus berjuang keras sekuat tenaga, tenaga beca, untuk tidak menyandang gelar ‘RT’, ‘RW’ dan sebagainya. Bergantian pemilik kostan pun masuk ke wc, nah yang ini saya tau kenapa dia pergi ke wc, ke wc yang banyak jentik nyamuknya. Dia, orang itu, orang yang menyewa kostan itu, ya benar, dia mau buang hajat. Oh betapa nikmatnya bagi dia, yang telah membuang hajat dengan dingin, tapi……………………………………………………

Tidak lama kemudian saya pun terbangun dan pengen buang hajat. Saya pun sesegera mungkin menuju wc yang tadi telah dikotori penyewa kostan itu. Dengan keadaan yang masih lulugu (lulugu=keadaan saat baru tidur) saya buka pintu wc itu, dan tenyata saya dapati beberapa roladeu (roladeu=sejenis makanan daging ayam cincang, walau jujur saya tidak tau prĂ©cis bagaimana menulisakan kata roladeu itu) yang sedang asik-asiknya berenang di waterclose. Spontan saya memanggil lagi teman saya “guh, anying, tingali kalakuan baturan sia(sembari garuk-garuk kelapa)”. lempar kata pun terjadi saat itu. Wellem say “naon ai manyeh hudang sare aadatan”. Saya pun kembali melempar dia kata-kata “tingali heula anying kadieu keudeung” saya berkata begitu sambil cengengesan + marah. Wellem pun tidak mau menghampiri saya yang sedang ada disela-sela pintu wc, mungkin dia tidak mau diganggu karena lagi asik main PES atau mungkin dia sudah tau bahwa di wc ada apa. Dengan kecewa dan putus asa mencari si genzo itu (orang yang terakhir kali diam di kamar kecil). Di pagi itu, yang sebenernya saya tidak tau apakah itu pagi atau siang, sesegera mungkin saya mencari tersangka itu keluar. Tidak lama kemudian saya berhasil menangkap dia yang sedang asik mencari sinyal hapenya diluar sana. Saya tuntun dia ke TKP itu. Saya pun mulai menghakimi nya dengan suara lantang “nyink di ,tingali maneh mode doll teu di seblok”. Seperti biasa dengan raut muka yang ‘tiis’ dan tidak bersalah dia hanya memberi saya cengiran yang khas, dan untungnya langsung dia seblok, dan wellem pun hanya bisa tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan saya, sebenernya saat itu saya ingin sekali membagi kebodohan saya kepada dia untuk memandangi roladeu itu.

Di bangunan itu, saya tunjukan pula, bahwa teman is numero uno. Ya, saat itu handpone saya berbunyi dan bergetar, pertanda ada sms masuk. Kira-kira beginilah bunyi pesan tersebut “bah, urang aya di kostan chrdi duaan, maneh kadieu urang remi yeuh”, euh remi dai remi dai (sambil mengeluh). Tidak ada kerjaan lain selain itu. Tapi terpikir jiwa pahlawan saya saat itu, saya tidak tega melihat mereka remi hanya berdua,hahahaha. Di siang itu, kali ini saya bener-benar tau bahwa itu adalah siang, saya pun sesegera bergegas menghampiri mereka, walau jarak tidak dekat saya abaikan. Sesaat sesudah saya tiba di tempat itu. Tidak lama remi akbar pun digelar kembali. Dan tidak lama kemudian hape saya berdering di tengah-tengah saya lagi asiknya remi. Tanda-tanda ada pesan, pesan yang mungkin sekuat tenaga masuk ke hape saya karna sinyal minim yang harus ia dapati. Pesan text yang ditujukan pada saya “yangst bisa jemput ga pulang sekolah”. Saya pun memutar otak untuk membalas sms itu, dan tiba lah saya membalas sms itu dengan nada sedikit berbohong,sedikit merayu(ga banyak ko’) “adulh ga bisa uy, lagi di kostan temen nyari bahan nih yangs” tiis dan berharap dia percaya, itulah pikiran saya saat itu, tapi jujur kata sebenernya saat itu emang sebelumnya ada niat untuk cari bahan software dan bahan untuk ketikan pada saat ini. Dan remi pun terus berlanjut. Dan apabila saya ceritakan kejadian itu terlalu malas untuk saya ceritakan. Karena pasti tahu jawabannya, (tidak rame).

Dan ternyata sesungguhnya tertawa itu nikmat dan yang lebih nikmat itu di tertawakan karena, orang negative berpikir dan membusukkan dadanya, akh saya jadi bahan celaan, ledekan, ataupun celaan. Tapi orang positif berpikir dan membusungkan dadanya, betapa bahagianya saya bisa menyebabkan orang lain bahagia dengan tertawaannya. Mungkin bagi sebagian orang jika saya menuliskan cerita ini akh itu hanya sebuah ke-GJ an atau GP (yang konon itu bahasa geol pada masa kini ceunah). Tapi betapa GJ dan GPnya anda jika anda terlanjur membacanya, padahal masih banyak tuh bacaan yang lebih penting yang harus dibaca, semisal buku fisika dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar